Aktivis Kota Siantar Tolak Politik Identitas di Pilkada 2024
2 min readSIANTAR, Newsnarasi.com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 akan diselenggarakan pada tanggal 27 November 2024 mendatang merupakan pesta demokrasi besar yang akan digelar di seluruh Kabupaten/Kota termasuk Kota Pematangsiantar.
Di Kota Sapangambei Manoktok Hitei ini terdapat empat pasangan calon Walikota-Wakil Walikota yang akan bertarung strategi merebut simpati masyarakat.
Dalam proses kontestalasi perebutan itu tak jarang digandrungi isu-isu yang liar dan sulit diklarifikasi, termasuk isu politik identitas yang harus kita waspadai bersama.
Menanggapi fenomena itu, aktivis muda Kota Pematangsiantar turut memberikan tanggapannya yang meminta masyarakat untuk meredam isu-isu liar, hoax dan politik identitas yang dapat mengancam kesatuan dan persatuan masyarakat Kota Siantar yang dikenal rukun, damai dan plural.
“Kita berharap pilkada ini berjalan dengan damai dan penuh gagasan, dimana para calon bisa menawarkan konsep atau visi-misinya sehingga masyarakat mendapat banyak pilihan, karena pilkada juga seharusnya sebagai ajang mendidik masyarakat untuk semakin rasional dalam menentukan pilihan,” ujar Bill Fatah Nasution selaku Demisioner Ketua Umum PC IMM Kota Pematangsiantar dan Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Sumatera Utara.
Menurut Bill, rasionalitas masyarakat dalam menentukan pilihan dapat dilihat dari tolak ukur atau alasan masyarakat memilih seorang calon.
“Harusnya visi-misi dan gagasan-gagasan yang ditawarkan seorang calon menjadi parameter pertama dan utama bagi masyarakat dalam menjatuhkan pilihannya pada pilkada mendatang,” tegas Bill.
Bill juga menambahkan tak dapat dipungkiri pada lapisan masyarakat kita faktor-faktor kesamaan latar belakang SARA masih menjadi alasan utama masyarakat dalam menjatuhkan pilihan, tapi dirinya mengingatkan hal tersebut jangan sampai terjadi.
“Tidak bisa kita pungkiri masyarakat memilih seorang calon mungkin karena satu marga atau kesamaan lain, tapi jangan sampai para calon hanya memanfaatkan kesamaan-kesamaan itu untuk menarik dukungan masyarakat karena para calon harus ingat bahwa mereka akan menjadi pemimpin untuk semua masyarakat,” himbaunya.
Untuk itu ia mewanti-wanti jangan sampai ada calon yang memanfaatkan SARA dan politik identitas sebagai strategi menarik dukungan masyarakat.
Apalagi melihat banyaknya isu bertebaran seputar perkataan seakidah dan juga adanya paslon yang di duga memanfaatkan momentum dengan memelintir ayat-ayat suci demi kepentingan pribadi.
Sehingga Bill menghimbau kepada masyarakat agar tegas dan segera melaporkannya. Bila perlu jangan dipilih pada bilik suara nantinya.
Sementara itu, aktivis lainnya Gading Simangunsong menekankan pada proses perhelatan suksesi kepemimpinan 5 tahunan ini dibutuhkan peran mahasiswa dan civil society untuk terus mengedukasi masyarakat agar bijak dalam melaksanakan pesta demokrasi.
“Jangan sampai money politik, hoax, black campaign dan politik identitas berkembang luas tanpa adanya respon dari mahasiswa dan civil society sebagai kontrol sosial,” ujar Gading
Kita ingin Kota Pematangsiantar ini tetap menjadi kota toleran di Indonesia khususnya di Sumatera Utara, jangan hanya karena kepentingan oknum belaka masyarakat kota menjadi terpecah.
Ia mengingatkan pentingnya peran para mahasiswa, cendekiawan, tokoh adat, tokoh agama dan lembaga keumatan untuk membina kekondusifan dan mengedukasi masyarakat agar menjauhi money politik dan cerdas dalam gelaran pesta demokrasi tahun ini demi terselenggaranya Pilkada yang berkualitas.
“Karena pilkada yang berkualitas akan menghasilkan pemimpin yang berkualitas dan tugas kita bersama memastikan pilkada ini tidak dinodai dengan praktik-praktik curang yang tidak demokratis,” ujar Gading eks Pengurus Pusat GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) ini. (Red)