Seni, Identitas, dan Revolusi: ORIDA dalam Khazanah Budaya Sumatera

2 min read

Newsnarasi.com , Medan — Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya tercatat melalui pertempuran fisik, tetapi juga melalui artefak budaya yang lahir di tengah situasi Revolusi. Hal tersebut tergambar dalam Seminar dan Pameran Numismatik bertajuk “Peran Uang ORIDA dalam Perjuangan Kemerdekaan di Sumatera” yang digelar dalam rangkaian Semarak Budaya 2025 di Rumah Budaya Tangga, Medan, pada 14–15 Desember 2025.

Didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, kegiatan ini mengangkat Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA) sebagai medium perjuangan sekaligus karya budaya. Pameran ini menempatkan uang perjuangan bukan semata sebagai alat tukar darurat, melainkan sebagai artefak seni rupa yang merekam identitas, semangat, dan daya tahan budaya masyarakat Sumatera pada masa revolusi.

Pegiat sejarah sekaligus pendiri Museum Uang Sumatera, Dr. Saparudin Barus, S.T., M.M., memimpin langsung kegiatan ini dengan mengemas pameran secara visual dan edukatif. Beragam koleksi ORIDA, baik asli maupun replika, ditampilkan dalam etalase yang dirancang elegan sehingga detail desain, tipografi, serta ornamen khas daerah dapat diamati secara dekat oleh pengunjung. Tingginya animo masyarakat terlihat dari penuhnya kuota peserta tatap muka sejak hari pertama.

Deretan ORIDA yang dipamerkan memperlihatkan desain sederhana yang dicetak dengan keterbatasan alat dan bahan. Namun di balik kesederhanaan tersebut, tersimpan kekuatan estetika yang mencerminkan ekspresi budaya lokal. Ilustrasi flora, simbol daerah, hingga tarikan garis manual menjadi bukti bahwa seni tetap hidup dan berperan sebagai identitas budaya, bahkan di tengah tekanan agresi militer dan blokade ekonomi.

Untuk memperkuat narasi pameran, seminar numismatik turut digelar dengan menghadirkan sejumlah narasumber. Muhammad Ricky Hardiansyah, M.Pd, dalam paparannya mengulas ORIDA Asahan sebagai refleksi identitas lokal yang kuat dan menunjukkan keterlibatan daerah dalam perjuangan kemerdekaan.

Sementara itu, Prof. Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S., menekankan pentingnya ORIDA sebagai sumber pembacaan sejarah budaya visual di Sumatera. Menurutnya, keberagaman desain ORIDA mencerminkan respons masyarakat lokal terhadap situasi revolusi sekaligus upaya mempertahankan jati diri budaya.

“ORIDA bukan hanya catatan ekonomi, tetapi juga artefak budaya. Melalui simbol, ornamen, dan desainnya, kita dapat membaca bagaimana masyarakat Sumatera Timur membangun identitas dan mengekspresikan semangat perjuangan di tengah keterbatasan,” ujar Ichwan Azhari.

Ia menambahkan bahwa persebaran ORIDA di berbagai wilayah Sumatera memperkaya khazanah sejarah seni rupa Indonesia dan menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan juga berlangsung melalui ekspresi visual dan kebudayaan.

Perpaduan antara pameran dan diskusi akademik menjadikan kegiatan ini sebagai ruang refleksi sejarah yang relevan dengan generasi masa kini. Kehadiran generasi muda dan pegiat budaya dalam jumlah besar menunjukkan bahwa pendekatan estetika mampu menjadi jembatan efektif dalam memperkenalkan sejarah perjuangan bangsa.

Melalui Semarak Budaya 2025, ORIDA kembali dihadirkan bukan hanya sebagai uang perjuangan, tetapi sebagai simbol seni, identitas, dan revolusi yang menjadi bagian penting dari khazanah budaya Sumatera dan Indonesia. (Ay29)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *