Manik-Manik Kuno Situs Bongal Warnai Semarak Budaya 2025 di Medan

2 min read

Newsmarasi.com , Medan — Pameran dan Workshop Untaian Manik-Manik Situs Bongal turut memeriahkan rangkaian Semarak Budaya 2025 yang digelar di Rumah Budaya Tangga, Jalan Letjen Suprapto No. 11, Medan, Sumatra Utara, pada 15–16 Desember 2025. Kegiatan ini menjadi ruang edukasi publik dalam mengenalkan warisan arkeologi Nusantara kepada masyarakat luas. Jum’at (19/12/25)

Untaian manik-manik yang diperkenalkan berasal dari Situs Bongal, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah. Artefak tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 Masehi dan menunjukkan kuatnya jejaring perdagangan serta interaksi budaya lintas wilayah, mulai dari India, Cina, Timur Tengah hingga Romawi.

Ketua Workshop, Salsadila Nur Aisyah mengatakan bahwa manik-manik bukan sekadar benda hias, melainkan sumber penting untuk membaca sejarah peradaban masa lalu.

“ Manik-manik ini adalah bukti bahwa wilayah pesisir Sumatra telah menjadi ruang pertemuan budaya dunia sejak berabad-abad lalu. Dari benda kecil, kita bisa membaca jaringan perdagangan, kepercayaan, dan identitas masyarakat masa itu ” ujar Salsadila

Ia menjelaskan, Workshop dirancang untuk memberikan pemahaman dasar tentang jenis, bahan, teknik pembuatan, hingga fungsi sosial manik-manik dalam konteks arkeologis. Dengan pendekatan tersebut, peserta diajak melihat artefak sebagai data sejarah yang hidup.

Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa, pegiat seni, pemerhati budaya, serta masyarakat umum. Antusiasme peserta terlihat dari diskusi yang berlangsung aktif sepanjang sesi workshop.

Selain materi, peserta juga diajak mempraktikkan langsung proses merangkai manik-manik dengan meniru pola dan susunan temuan Situs Bongal. Aktivitas ini menjadi sarana pembelajaran kreatif yang menghubungkan pengetahuan ilmiah dengan pengalaman langsung.

Menurut Nanda Ayu, praktik tersebut penting agar masyarakat memahami kesinambungan fungsi manik-manik dari masa lampau hingga masa kini.

” Dengan praktik langsung, peserta bisa merasakan bahwa artefak tidak berhenti sebagai benda museum, tetapi terus hidup, berubah makna, dan relevan dengan perkembangan zaman ” tuturnya.

Melalui pameran dan workshop ini, penyelenggara berharap kesadaran publik terhadap pentingnya pelestarian situs dan artefak budaya semakin meningkat, sebagai bagian dari identitas dan kekayaan bangsa Indonesia. (Ay29)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *