Seni Sikambang Jadi Ruang Pemulihan Emosional bagi Pengungsi Bencana di Tapanuli Tengah
2 min read
Newsnarasi.com , Tapanuli Tengah — Seni tradisi kembali menunjukkan perannya di tengah situasi krisis. Melalui pagelaran Seni Sikambang bertajuk “Dari Duka Menuju Cahaya”, para pengungsi korban banjir dan tanah longsor di Kota Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, mendapatkan ruang hiburan sekaligus pemulihan emosional pada 17–18 Desember 2025.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Serba Guna Kota Pandan ini merupakan bagian dari Program Semarak Budaya 2025 yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Program tersebut bertujuan menghadirkan seni dan budaya sebagai medium penguatan ketahanan sosial masyarakat, khususnya di wilayah terdampak bencana.
Pagelaran Seni Sikambang dipilih karena merupakan warisan budaya masyarakat pesisir Tapanuli Tengah yang sarat nilai kebersamaan dan ekspresi emosional. Melalui musik, syair, dan gerak tari, para pengungsi diajak sejenak keluar dari suasana duka yang menyelimuti kehidupan mereka di lokasi pengungsian.
Pembukaan kegiatan dilakukan oleh Bupati Tapanuli Tengah yang diwakili Staf Ahli Bidang Sosial, Wirdan Pasaribu, serta dihadiri Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Tapanuli Tengah, Linda Suryani.
Penampilan para seniman Sikambang dari Desa Jago-Jago, Kecamatan Badiri, di bawah pimpinan Khairil Siregar, mendapat sambutan hangat dari para pengungsi. Antusiasme terlihat dari perhatian penuh penonton yang memadati area Gedung Serba Guna, menikmati setiap alunan musik dan syair yang dibawakan.
Pengamat dan praktisi seni Tapanuli Tengah, Jaman Purba, menilai kegiatan tersebut memiliki dampak sosial yang signifikan. Menurutnya, seni tradisi dapat menjadi sarana terapi kolektif di tengah kondisi traumatis akibat bencana.
“Seni mampu menghadirkan ketenangan batin dan membangun kembali rasa kebersamaan di antara para pengungsi,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pengungsi, Jonson Pasaribu dari Desa Sigottong, Kecamatan Tukka, mengaku merasakan manfaat langsung dari pagelaran tersebut. Ia menyebut pertunjukan Seni Sikambang memberikan hiburan sekaligus penguatan moral bagi para korban bencana.
“Kegiatan ini membuat kami merasa diperhatikan dan tidak sendiri menghadapi musibah ini,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, Program Semarak Budaya 2025 kembali menegaskan bahwa seni dan budaya tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi estetika, tetapi juga sebagai instrumen pemulihan sosial dan psikologis bagi masyarakat yang terdampak bencana alam. (Ay29)
